Tim Pengabdian Masyarakat FHIL UHO Dorong Penguatan Perhutanan Sosial di Gunung Nanga-Nanga Papalia Kendari

Metro Kota983 Dilihat

BritaTop.Com, KENDARI– Universitas Halu Oleo (UHO) menggelar kegiatan penyuluhan bertajuk “Pentingnya Perhutanan Sosial sebagai Upaya Menjaga Kelestarian Hutan dan Adaptasi Perubahan Iklim serta Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Sekitar Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kota Kendari”, pada Minggu (21/9/2025).

Kegiatan yang dilaksanakan di kawasan sekitar Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia ini menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai bidang keilmuan, di antaranya Prof. Dr. Ir. Aminuddin Mane Kandari, M.Si., Alamsyah Flamin, S.Hut., MP., La Ode Agus Salim Mando, S.Hut., M.Sc., Hafidah Nur, S.P., M.Si., dan Wa Ode Hastianti Fahidu, S.KM., M.Pd.

Dalam penyuluhan ini, para pemateri menekankan pentingnya perhutanan sosial sebagai solusi menjaga kelestarian hutan sekaligus memberikan ruang bagi masyarakat sekitar untuk mendapatkan manfaat ekonomi secara berkelanjutan. Selain itu, perhutanan sosial juga menjadi salah satu strategi adaptasi terhadap perubahan iklim yang semakin dirasakan dampaknya.

Ketua Tim Pengabdian kepada Masyarakat FHIL UHO, Prof. Aminuddin Mane Kandari menjelaskan bahwa perhutanan sosial bukan hanya tentang pelestarian ekosistem, tetapi juga menyangkut peningkatan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. “Keterlibatan masyarakat adalah kunci. Dengan pengelolaan hutan berbasis sosial, otomatis kita menjaga stabilitas iklim dan keberlanjutan ekologi dan ekonomi bisa berjalan beriringan.

Lebih jauh, Prof Aminuddin mengungkapkan, hutan  yang terjaga memiliki peran besar dalam menyerap emisi karbon yang dihasilkan dari aktivitas manusia, seperti kendaraan, industri, maupun pembakaran hutan. Sebaliknya, jika hutan rusak, emisi karbon berubah menjadi gas rumah kaca yang memperparah pemanasan global. Selain itu, hutan juga menghasilkan oksigen yang penting bagi terbentuknya lapisan ozon sebagai pelindung bumi dari radiasi ultraviolet.

Tak hanya itu, hutan juga berperan penting dalam menjaga siklus hidrologi. Dengan hutan yang masih lestari, air hujan dapat terinfiltrasi dengan baik, tersimpan di tanah, dan menjaga ketersediaan mata air. “Kalau hutannya rusak, mata air kering, banjir lebih mudah terjadi, dan di musim kemarau masyarakat akan kesulitan air,” jelasnya.

Melalui kegiatan ini, tim berharap masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga kelestarian hutan. “Dengan perhutanan sosial, masyarakat tidak hanya menjaga hutan, tapi juga memperoleh kesejahteraan dari hasil hutan yang dikelola secara berkelanjutan,” tambahnya.

Saat ini, masyarakat di kawasan tersebut telah menunjukkan komitmen untuk menjaga hutan, sembari menunggu proses pengajuan proposal. Jika diterima, tim FHIL berencana melanjutkan program dengan melibatkan lebih banyak mahasiswa di Hutan Lindung Nanga-Nanga Papalia Kendari serta melakukan penanaman pohon multiguna.

“Jenis tanaman yang ditanam akan bermanfaat ganda, yakni menjaga kelestarian hutan, menyimpan air, serta memberi nilai ekonomi bagi kelompok tani,” ungkap tim pengabdi. Dengan langkah ini, diharapkan hutan Gunung Nanga tetap lestari, sekaligus memberikan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat sekitar.

Koordinator Lapangan (Korlap), La Ode Agus Salim Mando menilai bahwa kelompok tani yang ada di kawasan Gunung Nanga-Nanga, diantaranya yakni Kelompok Tani Puncak Harapan dan Nanga-Nanga Hijau, memiliki potensi yang cukup besar dalam mengembangkan program perhutanan sosial.

Menurutnya, ada dua aspek penting yang menjadi indikator kekuatan kelompok tani tersebut. Pertama, dari sisi kelembagaan, kedua kelompok ini dinilai cukup aktif. Hal itu dibuktikan dengan keterlibatan langsung mereka dalam kolaborasi kegiatan pengabdian masyarakat bersama tim Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan (FHIL).

“Kedua, dari aspek lahan, potensinya sangat besar untuk dikembangkan. Di kawasan ini bisa ditanami berbagai jenis tanaman yang bermanfaat baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang,” jelas Agus Mando.

Ia menegaskan, pengelolaan perhutanan sosial tetap harus memperhatikan keseimbangan ekosistem Gunung Nanga-Nanga Papalia, Kota Kendari. Hal ini dapat dilihat dari jenis dan jumlah tanaman yang ditanam, serta komitmen masyarakat menjaga keberlanjutannya.

Lebih lanjut, Agus Mando menilai suksesnya kolaborasi dalam kegiatan pengabdian ini menjadi bukti bahwa masyarakat dan kelompok tani setempat memiliki semangat kuat untuk berpartisipasi dalam menjaga hutan sekaligus meningkatkan kesejahteraan mereka melalui pemanfaatan hasil hutan secara berkelanjutan.

Salah satu pemateri dalam kegiatan penyuluhan FHIL UHO, Hafidah Nur, S.P., M.Si  menekankan pentingnya penguatan kapasitas kelembagaan, khususnya pada kelompok tani, sebagai motor penggerak dalam mencapai tujuan program perhutanan sosial.

Menurutnya, kelembagaan yang kuat akan mampu mempercepat terlaksananya program melalui kerja sama dan kolaborasi dengan berbagai instansi terkait. “Dalam kelembagaan yang kuat, terutama lembaga lokal yaitu kelompok tani, dibutuhkan kerja sama dan kolaborasi dengan instansi lain. Itu akan lebih mempercepat terlaksananya program perhutanan sosial,” ujarnya.

Ia juga menyoroti tingginya antusiasme kelompok tani yang hadir dalam penyuluhan tersebut. Para peserta dinilai sangat termotivasi untuk menggali informasi dan berharap agar program ini tidak berhenti pada tahap sosialisasi semata, melainkan berlanjut dengan pendampingan jangka panjang.

“Saya melihat motivasi mereka sangat tinggi. Mereka berharap program ini tidak berhenti sampai di sini, tetapi ada sosialisasi lanjutan dan pendampingan, karena kalau pendampingan itu skala waktunya lebih panjang,” katanya.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan peluang kolaborasi dengan perguruan tinggi melalui program pengabdian masyarakat yang lebih menekankan aspek teknis. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan masyarakat, hingga mampu memasarkan produk dengan merek atau brand tersendiri yang lahir dari program perhutanan sosial.

“Insya Allah, misalnya pihak kampus mem-follow up kegiatan ini, nanti akan dilakukan pengabdian masyarakat yang menjurus ke teknis. Sehingga masyarakat tidak berhenti sampai di sini, tetapi lebih ke tingkat keberhasilan sampai memasarkan produknya. Mereka nantinya bisa punya brand tersendiri dari perhutanan sosial ini,” jelasnya.

Plt Kepala UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) 24 Gula Raya Dinas Kehutanan Sultra, Hardisun mengapresiasi tinggi terhadap kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan (FHIL) Universitas Halu Oleo (UHO). Kegiatan ini dinilai sejalan dengan upaya pemberdayaan kelompok tani di wilayah KP2 Gula Raya dalam program perhutanan sosial.

“Kami dari Dinas Kehutanan sangat menghargai kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, khususnya dari FHIL UHO. Semoga kegiatan ini bisa memberikan manfaat kepada kelompok-kelompok tani di wilayah KP2 Gula Raya, terutama Kelompok Tani Wanggu Bersatu,” ungkap perwakilan Dinas Kehutanan.

Pihaknya berharap program pengabdian ini tidak berhenti hanya pada satu kegiatan, tetapi dapat terus berlanjut sehingga memberikan dampak positif yang nyata bagi petani. “Betul-betul berlanjut dan memberikan dampak positif,” tambahnya.

Melalui sinergi antara perguruan tinggi, pemerintah, dan masyarakat, diharapkan kelompok tani dapat lebih mandiri serta mampu mengelola potensi hutan secara berkelanjutan demi kesejahteraan bersama.

Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari kelompok  tani setempat yang turut hadir. Mereka berharap hasil penyuluhan dapat menjadi pijakan untuk memperkuat peran masyarakat dalam menjaga hutan sekaligus memperoleh manfaat nyata bagi masyarakat.

Salah satu Ketua Kelompok Tani dari Puncak Harapan, La Ode Roni menyampaikan apresiasi atas kehadiran Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan (FHIL) serta Dinas Kehutanan dalam kegiatan pembinaan kelompok tani.

Ketua Kelompok Tani Puncak Harapan, La Ode Roni, mengatakan bahwa pihaknya merasa sangat terbantu dengan perhatian yang diberikan. Ia berharap pendampingan tersebut dapat terus berlanjut agar kelompok yang dipimpinnya bisa berkembang sesuai harapan bersama.

“Kami sangat mengapresiasi kehadiran FHIL dari pertanian dan Dinas Kehutanan. Kami berterima kasih dengan harapan ke depan kelompok tani Puncak Harapan bisa terus dibimbing dan diarahkan, sehingga bisa berkembang maju sesuai dengan program pemerintah,” ujarnya.

La Ode Roni menambahkan, keberadaan program perhutanan sosial diharapkan benar-benar berjalan sesuai peruntukannya, sehingga dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat, khususnya kelompok tani yang bergiat dalam pengelolaan hutan secara berkelanjutan. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *