Kader Potensial yang Terlupakan dalam Dinamika Politik Golkar

BritaTop.Com, KENDARI-  Di tengah percaturan politik lokal yang semakin dinamis, keputusan Partai Golkar untuk tidak mengusung kadernya sendiri di Pilwalkot Kendari menjadi sorotan tajam. Aksan Jaya Putra (AJP), seorang kader yang telah berkontribusi signifikan bagi partai, kini harus menghadapi kenyataan pahit ketika partainya memilih pasangan dari luar Golkar.

Keputusan Mengejutkan di Tengah Dinamika Internal

Golkar, partai yang dikenal sebagai “laboratorium pemimpin”, membuat langkah yang tak terduga dengan merekomendasikan Siska Karina Imran dari Nasdem dan Sudirman dari PKS sebagai pasangan calon yang diusung untuk Pilwalkot Kendari. Langkah ini menimbulkan pertanyaan besar di kalangan kader dan pengamat politik, mengingat adanya kader internal seperti AJP yang dinilai lebih mumpuni untuk maju dalam kontestasi politik tersebut.

AJP bukanlah figur baru di kancah politik Sulawesi Tenggara. Sebagai putra dari tokoh Golkar tulen, H Surunuddin, AJP telah menunjukkan kiprah yang cemerlang di Golkar. Ia dua kali terpilih sebagai anggota DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara, pernah memimpin Fraksi Golkar, serta menjabat sebagai Wakil Ketua Bappilu Golkar Sultra. Tak hanya itu, AJP juga aktif memimpin Ormas MKGR Sultra, menandai dedikasinya yang tak diragukan lagi terhadap partai.

Pragmatisme di Balik Keputusan Golkar

Pengamat politik, Aji Andika Mufti, menilai keputusan Golkar ini sebagai bentuk pragmatisme yang mencederai muruah partai. “Keputusan Golkar ini tidak hanya mengecewakan, tetapi juga memperlihatkan adanya pola pikir pragmatis yang lebih mengutamakan keuntungan jangka pendek daripada pengembangan kader internal yang telah terbukti kompeten,” kata Aji, Selasa (20/8/2024).

Aji menegaskan, pilihan untuk mengusung pasangan Siska-Sudirman tak lain merupakan manuver politik yang tidak sehat dalam konteks demokrasi. Ia mengkritik langkah Golkar yang seolah mengabaikan proses panjang kaderisasi yang telah dijalani oleh AJP dan memilih kandidat dari luar partai tanpa kontribusi yang jelas bagi Golkar.

Kader yang Terabaikan: AJP dan Harapan Publik yang Pupus

Langkah Golkar ini tak pelak menimbulkan keresahan di kalangan publik Kendari, khususnya di antara para pendukung AJP. Mereka melihat keputusan partai sebagai bentuk pengkhianatan terhadap kader yang telah bekerja keras membesarkan nama Golkar di Sulawesi Tenggara. “Rekomendasi yang tidak jatuh kepada AJP memang wajar dipertanyakan oleh publik Kendari,” lanjut Aji.

Lebih jauh, Aji mengungkapkan bahwa elektabilitas AJP yang unggul dalam berbagai survei menambah ironi dari keputusan Golkar. Jika diukur dari perspektif elektoral, AJP seharusnya menjadi pilihan utama Golkar untuk mengusung kader sendiri sebagai calon Wali Kota Kendari. Namun, pilihan untuk mengabaikan kader potensial ini justru menurunkan kepercayaan publik terhadap Golkar.

Masa Depan Golkar: Peluang Memperbaiki Kesalahan

Meski demikian, Aji menekankan bahwa masih ada waktu bagi Golkar Kendari untuk mengevaluasi keputusan ini sebelum pendaftaran calon resmi ditutup. “Golkar masih punya kesempatan untuk mengembalikan marwah partai. Sebagai partai besar yang selalu menjadi teladan, Golkar harus menunjukkan komitmen untuk mengedepankan kader internal yang sudah terbukti loyal dan berkapasitas,” tegasnya.

Di penghujung waktu yang semakin sempit ini, Golkar Kendari dihadapkan pada pilihan sulit: mempertahankan keputusan pragmatis yang telah diambil atau berani mengoreksi langkah dan memberikan panggung kepada kader potensial seperti AJP. Apapun keputusan akhirnya, Golkar perlu mengingat bahwa marwah partai bergantung pada bagaimana ia menghargai kader-kadernya yang telah setia berjuang di garis depan. (red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *