CiVitas Akademika PTVM Peringati Hari Kesaktian Pancasila

BritaTop.Com, KENDARI- Civitas akademika Politeknik Tridaya Virtu Morosi (PTVM) menyelenggarakan upacara Hari Kesaktian Pancasila. Turut dihadiri, Wakil Direktur (Wadir), Manager Operasional, Ketua Program Studi (Prodi), PLP, dan mahasiswa PTVM yang berlangsung dengan khidmat, bertempat di Pelataran Kampus PTVM, Selasa (1/10/1024).

Bertindak sebagai pembina upacara pada kegiatan ini adalah Manager External Prof. Dr. Hanna, M.Pd . Dalam sambutan Direktur PTVM yang dibacakan, Manager External, Prof Hanna mengatakan, bahwa pada Selasa 1 Oktober 2024 ini, rakyat Indonesia memperingati Hari Kesaktian Pancasila. Terlepas dari peristiwa yang melatarbelakanginya pada 30 September 1967.

Pancasila telah menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan beradab. Selanjuitnya katanya, bahwa hari ini  juga merupakan hari bersejarah yang berkaitan dengan peristiwa G30 S yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) yang hendak melakukan kudeta dan mengubah Indonesia menjadi negara berhaluan komunis.

Sambungnya, PKI pun melancarkan misinya dengan menculik dan membunuh enam jenderal serta beberapa perwira militer sehingga memicu pergolakan politik dan sosial di Indonesia. Mereka adalah Ahmad Yani, Suprapto, S. Parman, M.T. Haryono, D. I. Panjaitan, Sutoyo Siswomiharjo, hingga Pierre Tendean. Mereka  merupakan para pahlawan yang rela berkorban demi tegaknya Pancasila di negeri ini dan tidak mungkin diganti ideologi lain.

Seperti yang diketahui, Indonesia memiliki ideologi dasar berupa Pancasila yang menjadi landasan untuk tetap mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu, PKI yang ingin mengubah Indonesia menjadi negara komunis dianggap melanggar nilai-nilai Pancasila.

“Maka, makna Hari Kesaktian Pancasila adalah mengenang pahlawan revolusi yang gugur demi mempertahankan Pancasila dan berusaha menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hari Kesaktian Pancasila juga memiliki makna bahwa Pancasila adalah ideologi negara yang tak tergantikan. Pancasila dengan lima sila yang sering kita bacakan , prinsipnya adalah fondasi dan landasan yang sempurna untuk Indonesia,” ujarnya.

Ia menagatakan, sejak Indonesia merdeka dari era penjajahan pada tahun 1945, sejumlah tantangan terus dihadapi rakyat Indonesia. Seperti : Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948 terjadi di Yogyakarta. Pasukan Belanda menyerang ibu kota republik. Mereka melakukan aksi pengeboman di lapangan terbang Maguwo.

Belanda datang lagi dengan menggunakan 5 pesawat Mustang dan 9 pesawat Kittyhawk untuk menghancurkan markas ibu kota negara, hingga memaksa dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatra. Bukan sampai disini, hampir 2 dekade kemudian, Republik Indonesia kembali mendapatkan ujian berat. Peristiwa G30/PKI menjadi salah satu noda hitam dalam perjalanan negeri.

Pemberontakan yang didalangi Partai Komunis Indonesia pada tanggal 30 September 1967 itu benar-benar menguji keberadaan republik ini. Melalui upaya kudeta yang gagal, PKI beserta para pengikutnya telah membuat sejumlah petinggi ABRI kala itu menjadi korban meninggal, akibat kebiadaban PKI, hingga ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi.

Mengakhiri sambutannya, menekankan Perjuangan yang selama ini sudah dilakukan oleh para pahlawan hendaknya menjadi suri tauladan bagi kita dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila dengan 5 kandungan istimewa senantiasa menjadi pedoman dalam menyejahterakan rakyat.

Selanjutnya, setelah  Prof. Hanna menyampikan sambutan Direktur PTVM. Ia mengatakan, sebagai  generasi penerus bangsa, dirinya  percaya mahasiswa PTVM, bukanlah generasi manja, tetapi mereka selalu berkata kita tidak bisa tinggal diam, berpangku tangan, menunggua nasib, tetapi kita  adalah generasi harapan bangsa, harapan orang tua, harapan masyarakat.

“Karena itulah ikrar kita,  saya mengajak dari bumi Konawe, kita  mengisi zaman pasca kemerdekaan ini dengan belajar, displin mewujudkan kemajuan bangsa hingga mampu bersaing di dunia internasional,” ucapnya.

Hanna menegaskan, bahwa tidak terbantahkan bahwa Pancasila adalah  satu-satunya ideologi bangsa wajib kita jaga dan rawat dengan sebaik-baiknya. Kegigihan para pahlawan merupakan sinyal agar bagi kita semua sebagai generasi pelanjut,  selalu menjaga nilia-nilai yang para pahlawan yang dititip  dihati kita yakni menegakkan kedaultan bangsa yang kita cintai ini.

Dalam kondisi saat ini banyak orang berkata zaman sudah berubah, era modern dan digitalisasi bukan halangan bagi kita bahkan merupakn kekuatan bagi kita untuk selalu mengedepankan makna kandungan teks Pancasila, yakni Keutuhan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, itulah jiwa kita, jiwa generasi kita. (red)

.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *